BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah adalah suatu tempat atau wadah untuk mencari ilmu-ilmu pengetahuan, pendidikan dan pelatihan, dimana didalamnya terdapat beberapa aspek seperti sarana dan prasarana serta objek, dan tentunya aspek tersebut sangat mempengaruhi terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah dan kualitasnya. Di suatu sekolah (SMA) terdiri dari 3 tahapan, yaitu tahap 1,2 dan 3 katakanlah kelas 1,2 dan kelas 3, siswa dikatakan lulus apabila sudah mengalami proses belajar dari kelas 1 sampai kelas 3, dan yang paling penting saat ini siswa wajib mengikuti Ujian Nasional (UN) sebagai syarat lulus.
Pada tahun pelajaran 2009/2010 Ujian Nasional dilaksanakan meski ada banyak sekali warga masyarakat yang menolak dengan diadakannya Ujian Nasional (UN) tersebut. Pada tahun ini tingkat kelulusan SMA menurun 30 % dari tahun sebelumnya , tentunya ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kelulusan tersebut, mungkin siswanya tidak terampil belajar, mungkin saja siswa leha-leha dalam mengerjakan soal-soal Ujian, atau mungkin nilai kelulusannya terlalu tinggi. Ada banyak sekali kemungkinannya dalam hal tersebut, yang lebih mencolok dan terlihat dalam kacamata saya yaitu disebabkan karena siswa-siswa yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tidak terampil dalam mengisi soal-soal ujian, dan mengharapkan ada bantuan dari pihak sekolahnya sendiri sehingga siswanya malas untuk belajar, bahkan disuatu daerah (tidak disebutkan daerahnya) tingkat kelulusannya sangat rendah sekali hanya 1 orang saja yang lulus dari sekian banyak siswa yang mengikuti Ujian Nasional (UN) sehingga mengakibatkan para siswa yang tidak lulus itu mengamuk dengan meluapkan amarahnya dengan merusak beberapa pasilitas sekolah dengan anarkis. Kejadian tersebut sudah membuktikan bahwa para siswa tersebut tidak/kurangnya jiwa menerima kenyataan serta yang paling pentingga yaitu kurangnya iman serta moral yang tertanam.
B. Permasalahan
Dari latar belakang diatas dapat diambiil beberapa permasalahan, yaitu :
1. Kurang terampilnya siswa dalam mengisi/mengerjakan soal-soal Ujian Nasional (UN)
2. Kurangnya persiapan dari para siswa dalam menghadapi Ujian Nasional (UN)
3. Tidak ssesuainya program dinas pendidikan pusat dengan di lapangan.
A. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah sikap mental yang mencerminkan ketaatan dan kepatuhan kepada peraturan, perintah dan keputusan yang diakui masyarakat sebagai norma, baik yang ada dan dibuat serta diberlakukan bagi diri sendiri. Kurangnya persiapan siswa untuk menghadapi Ujian Nasional (UN), dengan adanya menetapkan waktu dan mendisiplinkan waktu untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian, itu akan lebih membantu dalam mengerjakan soal-soal ujian, begitu pula dari pihak sekolah (Kepala sekolah beserta staf pengajar) memberikan latiha tambahan yang rutin dan tepat sasaran,serta dukungan dari luar sekolah juga sangat mempengaruhi seperti Dukungan dari pihak orang tua, keluarga dan lingkungan sekitar. Dukungan ini sebetulnya lebih membantu dalam psikologi anak. Apabila suatu saat nanti tidak lulus dalam UN, maka anak tersebut bias menerima dengan lapang dada dan tidak putus asa, karena bukti dan nyatanya pada saat ini ada yang nyampe mau bunu diri dan kesurupan, bahkan yang lebih parahnya lagi sampai ada yang mau minm baigon segala, mitu karena siswa tersebut tidak lulus dalam UN.
B. Undang-Undang Tentang Ujian Nasional (UN)
Sekitar tahun 1985 yang disebut dengan EBTANAS lalu Pada tahun 2000 EBTANAS diganti dengan UN. pemerintah mengeluarkan rancangan UU Tentang UN di pegang penuh oleh pemerintah pusat, sebetulnya maksud dan tujuan pemerintah menginginkan bangsa Indonesia setara dengan Negara-negara lain dalam hal pendidikannya, sehingga dikeluarkanlah UU tersebut tanpa memikirkan akibat dari peraturan tersebut terhadap siswa dan masyarakat dilapangan, mengapa demikian?. Karena hanya pihak sekolah dan guru yang lebih tahu moral dan tingkat kecerdasan siswanya bukan pemerintah pusat, mana ada pemerintah pusat tahu akan situasi dan kendisi dilapangan yang hanya pemerintah tahu yaitu siswa-siswa harus lulus dengan batas nilai yang suda ditentukannya. Bahkan masyarakat pun pernah mengeluh dengan diadakannya UN di Indonesia yang meminta agar UN dihapuskan, karena dengan adanya UN siswa serta masyarakat dan juga pihak sekolah merasa bimbang dengan hasilnya. Meski demikian yang namanya UN tidak bias dihapuskan, itu sudah merupakan ketetapan UU yang tidak bias dirubah.
Ujian Nasional (UN) adalah ujian yang dilaksanakan oleh Negara/pemerintah untuk siswa/pelajar sebagai syarat selesainya suatu pendidikan. Akan tetapi pemerintah tidak melihat sejauh mana tingkat kemampuan siswa dalam memahami/menangkap materi-materi yang disampaikan oleh gurunya, sehingga soal-soal yang muncul di UN banyak yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Yang menjadi pertanyaan besar bagi saya yaitu kurikulum dibuat ole sekolah akan tetapi pelaksanaan ujian dibuat oleh pemerintah, sedangkan kurikulum tiap sekolah itu berbeda-beda dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan sekolahnya itu sendiri.
C. Modal Untuk Mencapai Prestasi Gemilang
Impian tanpa ditemani perilaku positif hanya menghasilkan seorang pemimpin belaka. Impian hanya akan menjadi mimpi belaka dan tidak pernah menjadi kenyataan. Perilaku positif tanpa impian menghasilkan seseorang yang menyenangkan tetapi tidak bias maju. Ia akan berjalan ditempat karena tidak memiliki tujuan dan arah yang hendak dicapainya. Impian bersama-sama dengan perilaku positif menghasilkan sesseorang yang memiliki kekuatan dan kemungkinan yang tidak terbatas. Ia orang yang tidak pernah kehabisan energy untuk mengarahkan segala potensi dirinya untuk mencapai tujuannya.
Setiap orang dibekali tuhan dengan modal yang memungkinkannya berprestasi dan sukses dalam kehidupan. Setiap orang mampu bersikap, berfikir, dan bertindak untuk mewujudkan prestasi dan kesuksesan, sikap, berfikir, dan bertindak adalah modal utama yang harus dimiliki manusia untuk berprestasi dan sukses.
1. Sikap
Pengertian sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu. Sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus social yang telah terkondisikan. Sikap seseorang terhadap suatu objek pada umumnya terwujud dalam dua bentuk, yaitu suka atau tidak suka, mendukung atau tidak mendukung, dan memihak atau tidak memihak. (Diambil dari pendapat petty dan cacioppo, Louis thurstone, dan la piere). Sikap menimbulkan opini yakni pernyataan sikap yang sangat spesifik atau sikap dalam artian yang sempit. Opini sangat situasional dan dibentuk dari sikap yang sudah mantap.
2. Berfikir
Sejak kecil kita sering diberi kebenaran mutlak yang membuat pikiran kita tertutup untuk hal-hal baru yang bertentangan. Contohnya adalah sejak kecil kita telah diajari bahwa panas itu buruk dan berbahaya. Otak kita terus dijejali dengan pengetahuan itu dan akhirnya kita memiliki kebenaran mutlak bahwa panas itu buruk dan berbahaya. Ketika kita diberikan sup yang baru mendidih, kita takut menyentuh dan mencicipinya akibat pengetahuan bahwa panas itu berbahaya, sup itu didinginkan terlebi dahulu, baru kemudian dimakan. Padahal sup jauh lebih nikmat apabila dimakan pada saat masi panas. Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
3. Perilaku
Sikap positif dan cara berfikir terbuka harus diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk menghadirkan kesuksesan sebagai suatu kenyataan. Sikap positif dan cara berfikir terbuka diyakini akan melahirkan tindakan yang baik. Tindakan yang baik mempengaruhi lebih dari sekedar berhasil dalam kehidupan, ia mampu mempengaruhi setiap aspek kehidupan, bahkan kesehatan.
Perilaku yang baik memungkinkan kita untuk berprestasi. Ia mampu member kita bahan bakar sehingga kita dapat melanjutkan perjalanan mewujudakan tujuan dan berkembang menuju kukuatan kita yang sesungguhnya serta menebarkan beni yang member keuntungan pada orang lain. Atlit yang berprestasi adalah atlit yang baik, disiplin dalam melakukan, mau menggunakan hal-hal yang baru untuk menunjang –prestasinya, mau berbagi dengan siapa saja tentang keahliannya berolahraga, memiliki gaya hidup yang sehat, membatasi diri dalam bergaul malam dan minim minuman beralkohol. Pelajar yang berprestasi adalah pelajar yang baik, rajin, dan teku belajarmau berbagi dengan siswa lainya, membina hubungan yang baik dengan guru, taat pada aturan dan sebagainya.
D. Berjuanglah Secara Terus Menerus
Hidup yang sesunggunya dalah kompetisi, setiap orang berusaha untuk menjadi yang terbaik. Dalam suasana nonkompetitif, prestasi lahir dari perjuangan, apalagi dalam suasana kompetitif, kita harus lebih berjuang lagi dalam/untuk brprestasi. Perjuangan adalah usaha yang penuh kesukaran dan bahaya dalam mewujudkan tujuan. Gunakan segala potensi dan kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi berbagai kesukaran dan bahaya untuk brprestasi. Milikilah daya tahan agar perjuangan itu dapat berlangsung terus menerus untuk mencapai puncak prestasi. Jangan terlalu menghioraukan prestasi orang lain, yang penting tetap berkonsentrasi dan tetap terpusat pada tujuan.
E. Jangan Takut Kalah atau Gagal
Sadarilah hasil perjuangan mengambil wujud dalam dua bentuk yaitu; kekalahan atau kemenangan, keberhasilan atau kegagalan. Cristian Gonzales (Persib) pemain sepak bola yang bertugas mencetak gol clubnya dalam pertandingan, tidak selalu berhasil mengubah peluang emas menjadi gol, bahkan kalau dihitung dengan statistic, mungkin lebi banyak gagalnya daripada berhasilnya. Yang membedakannya adalah kegagalan tidak pernah menghentikan mereka untuk selalu berjuang untuk mencetak gol , dan pada akhirnya berbuah manis. Berusahalah selalu jangan menyera, ataslah rasa takut kalah dan gagal, berikut adalah pedoman dalam menghadapi kekalahan atau kegagalan.
1. Hargailah kekalahan dan kegagalan
2. Kekalahan dan kegagalan bukan hukuman
3. Kekalahan dan kegagalan dapat mengalihkan arah
4. Jangan mencari kambing hitam kegagalan dan kekalahan
5. Jadikan kegagalan sebagai pengalaman belajar
6. Jangan menyerah
7. Miliki rasa humor
Dari ketujuh aspek tersebut harus dimiliki oleh seorang pelajar, bahkan nonpelajarpun hdiwajibkan untuk memilikinya.
A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pelaksanaan UN harus ada keseimbangan dengan tngkat kecerdasan siswa, sebaliknya siswanya itu sendiri harus berjuang dengan penuh rasa tanggung jawab dengan keinginannya serta impiannya. Walau berat untuk mencapai lulus tetapi apa salanya perjuangan didahulukan semata untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Sehingga dengan demikian pelaksanaan UN tidak akan menjadi momok yang menakutkan lagi bagi para siswa, guru (Pihak Sekolah), para orang tua siswa, serta masyarakat yang ikut mendukung dan peduli akan pendidikan.
B. Saran
Dengan melihat dan menerawang kejadian-kejadian kebelakang nyatanya banyak siswa yang stress ketika pembukaan kelulusan, ada banyak yang tidak lulus, sehingga para siswa nekad dengan melakukan beberapa sikap. Dengan kejadian tersebut mudah-mudahan pemerintah pusat memperhatikan dan meninjau kembali tentang pelaksanaan Ujian Nasional (UN).
DAFTAR PUSTAKA
1. Siahaan Parlindungan, S.Pd. 2004, Buku Materi Dan Soal-Soal Kewarganegaraan, Jakarta Penebit Mediatama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar