Kamis, 29 Desember 2011

TABEL SCOR

PENSKORAN
HOLISTIC SCORING RUBRICS KOMUNIKASI MATEMATIKA

Skor 0
Skor 5
Skor 10
Skor 15
Skor 20
Jawaban salah
Jawaban tidak mengembangkan ide-ide matematika
Beberapa jawaban tidak ada atau hilang
Jawaban benar tapi kurang lengkap
Jawaban lengkap dan benar
Tidak menggambarkan tipe NHT dan komunikasi matematika
Kurang menggambarkan tipe NHT dan komunikasi matematika
Menggambarkan tipe NHT dan komunikasi matematika
Menggambarkan tipe NHT dan komunikasi matematika
Menggambarkan tipe NHT dan komunikasi matematika
Tidak menyatakan pemahaman matematika yang tinggi
Beberapa perhitungan salah
Tingkat pemikiran kurang tinggi
Hampir semua jawaban benar
Semua langkah jawaban benar
Tidak mengemukakan  jawaban
Sedikit menggambarkan pemahaman matematika
Kesimpulan digambarkan kurang jelas
Hasil digambarkan dengan lengkap
Hasil digambarkan dengan lengkap
Tidak mengemukakan  jawaban
Sudah ada upaya untuk menjawab pertanyaan
Kesalahan kecil mungkin terjadi, misal pembulatan pada bilangan
Kesalahan kecil mungkin terjadi, misal pembulatan pada bilangan
Kesalahan kecil mungkin terjadi, misal pembulatan pada bilangan
(Susilawati, 1990: 62)


PENSKORAN
HOLISTIC SCORING RUBRICS PENALARAN MATEMATIKA

Kategori
Kriteria
Skor
Kemampuan nalar kurang
Jawaban tidakrelevan dengan pertanyaan
1
Kemampuan nalar sederhana
Jawaban benar disertai argument berdasarkan konsep atau fakta sederhana
2
Kemampuan nalar mendekati tahap kompleks
Jawaban benar disertai argument berdasarkan konsep atau fakta mendekati tahap kompleks
3
Kemampuan nalar kompleks
Jawaban benar disertai argument berdasarkan konsep atau fakta tahap kompleks
4
(Susilawati, 2009: 218)

INDIKATOR PENALARAN MATEMATIKA

Susilawati (2009:213) memberikan sembilan indikator untuk penalaran matematika yaitu;
1.      Menarik kesimpulan secara logik
2.      Memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat dan hubungan
3.      Memperkirakan jawaban dan proses solusi
4.  Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika, menarik analogi dan generalisasi
5.      Menyusun dan menguji konjektur
6.      Memberikan lawan contoh (Counter example) atau non contoh
7.      Mengikuti aturan inferensi (Menarik kesimpulan), memeriksa validitas
8.      Menyusun argument yang valid
9.   Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung dan induksi matematik.

Sabtu, 05 November 2011

JUDUL SKRIPSI STKIP SUBANG TAHUN 2011

  •  JUDUL SKRIPSI PENDIDIKAN MATEMATIKA
    1. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Investigasi Untuk Pencapaian Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa. (Oleh : Adang Supriatna)
    2. Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pendekatan Kontruktivisme. (Oleh :Rita Mardiah)
    3. Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika Siswa SMP. (Oleh :Sinta Lastia Dewi)
    4. Penerapan Pembelajaran Generative Untuk Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sma (Oleh :Windi Amelia)
    5. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Two Stay-Two Stray Untuk Pencapaian Komunikasi Matematis Siswa SMP (Oleh :Meita Eka Wulansari)
    6. Penggunaan Model Pembelajaran Think Pait Share Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. (Oleh :Ika Widiawati)
    7. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Strategi Thing Talk Write (TTW) (Oleh :Nurhayati)
    8. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kuantum Learning Untuk Pencapaian Berfikir Induktif Siswa (Oleh :Reni Indriyani)
    9. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (Tgt) Untuk Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Pada Siswa SMP. (Oleh :Mustika Purwita)
    10. Penerapan Pendekatan Problem Solving Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. (Oleh :Asep Yuliana)
    11. Penerapan Strategi Tutor Sebaya Untuk Pencapaian Komunikasi Siswa. (Oleh :Sri Susanti)
    12. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Problem Possing Untuk Pencapaian Pemecahan Masalah Matematis Siswa. (Oleh :Reza Verdinanda)
    13. Pendekatan Pembelajaran Tipe Nht Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa SMP. (Oleh :Ihsan Sapi’i)
    14. Teknik Probing Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Pencapaian Komunikasi Matematik. (Oleh :Dwi Handayani)
    15. Pengaruh Strategi Think Talk Write (Ttw) Dalam Pembelajaran Matematika  Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. (Oleh :Dhiska Lestary)
    16. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Pencapaian Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa. (Oleh :Dewi)
    17. Penerapan Model Osborn Dalam Pembelajaran Untuk Pemecahan Masalah Matematika Siswa (Oleh :Meida Rosita)
    18. Pembelajaran Matematika Dengan Model Pencapaian Konsep Untuk Pencapaian Kemampuan Presentasi Matematis Siswa SMP. (Oleh :Chichi Dwina Marita)
    19. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Mmatematika. (Oleh :Yusuf Wibowo)
    20. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa.
    21. Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. (Oleh :Inuk)
    22. Pendekatan Pembelajaran Heuristik Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Pencapaian Pemahaman Konsep Siswa SMP (Oleh :Andrik Muslim Taufik)
    23. Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Keemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. (Oleh :Arbi Yusuf Akbar)
    24. Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontruktivisme Untuk Pencapaian Kemampuan Penalaran Matematika Siswa (Oleh :Ade Umar Mustopa).
    25. pendekatan pembelajaran HEURISTIK untuk pencapaian pemahaman kensep matematika siswa SMP 1 atap 2 parung banteng (Andrik muslim taufik)
    26. kemampuan pemecahan masalah siswa melalui model pembelajaran investigasi kelompok (Kamaludin)
    27. pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe number head together (NHT) terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP negeri 1 tirtamulya (dadang firmansyah)
    28. pencapaian kemampuan penalaran matematis siswa melalui pembelajaran dengan strategi HEURISTIK (hani rohayani)
    29. meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Euis dedeh kurnia)
    30. pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran matematika dengan teknik probing (Rita anggraeni)
    31. pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui pembelajaran berkelompok (Anwar saepul malik)
    32.  MASIH DILANJUTKAN.................................
    1
    • JUDUL SKRIPSI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
      1. THE EFFECTIVENESS OF MULTISENSORY STRATEGY TO IMPROVE STUDEN’S ABILITY IN SIMPLE PAST TENSE MASTERY (OLEH : ANNES SORAYA HAFIANY, S.Pd)
      2.  TEACHING SPEAKING THROUGH DUBBING TECHNIQUE TO IMPROVE STUDEN’S SPEAKING KILL (OLEH : GIGIN GINANJAR SAPARI, S.Pd)
      3.  THE APPLICATION PERSONAL VOCABULARI NOTES (PVN) TECHNIQUE TO DEVELOP STUDEN’S VOCABULARY (OLEH : AI QOMARIYAH MUSYAROFAH A, S.Pd)
      4.  THE EFFECTIVENESS FOR USING FEER EDITING FOR IMPROVING STUDEN SPELLING SKILL FOR FOURTH GRADE STUDENT OF ELEMENTARY SCHOOL (OLEH : RISMA MUTAUFIKA, S.Pd)
      5.  AN ANALYSIS OF GAMES APPLIED IN ENHANCHING STUDEN’S VOCABULARY (OLEH : ANITA RATNA JUWITA, S.Pd)
      6.  THE USE OF SAVE THE TITANIC GAME IN IMPROVING STUDENS SPEAKING KILL FOR YOUNG LEARNERS (OLEH : RIA TRIANA, S.PD)
      7.  THE TECHNIQUES OF TEACHING SPEAKING TO YOUNG LEARNERS (A CASE STUDY OF YOUNG LEARNERS CLASS OF SPEC ENGLISH COURSE IN SUBANG) (OLEH : ENA MARLIANA, S.PD)
      8.  THE EFFECTIVENESS OF USING STORYTELLING TO IMPROVE STUDEN’S VOCABULARY MASTERY (AN EXPERIMENTAL STUDY OF ENGLISH INTRUCTION AT THE FOURTH GRADE STUDENT OF SD NEGERI 1 WANAYASA PURWAKARTA) (OLEH : NENI MARIANA, S.Pd) 
      9.  AN ANALYSIS OF SUDEN'S DIFFICULTIES IN DIFFERENTIATING TO BE AND AUXILIARY VERB “DO AND DOES” (A CASE STUDY ON CLASS OF FIRST YEAR ACCOUBTING III  OF SMK NEGERI 2 KARAWANG) (OLEH : ARINI EFENDI, S.Pd)SEDANG DILANJUTKAN....................................

    Sabtu, 08 Januari 2011

    PENERAPAN AQIDAH DALAM PENDIDIKAN

    PENERAPAN AQIDAH DALAM PENDIDIKAN
    oleh : 
    Asep Yuliana, 
    Dayatulloh
    Misbahudin
    Kamaludin



    Manusia dilahirkan dengan perasaan mampu melakukan segalanya. Sebelum kemudian dikacaukan oleh pesan-pesan ketidakmampuan yang datang dari lingkungannya. Perasaan mampu itu ditunjukan dengan keberanian melakukan sesuatu. Perhatikanlah tingkah laku bayi berusia 8-9 bulan keatas ketika ia baru mulai bisa duduk dan mencoba untuk menirukan orang-orang dewasa disekitarnya. Dia akan mengeksplorasi dunianya dengan penuh keberanian walaupun tubuhnya belum siap untuk itu. Karena dikepalanya ia belum memiliki konsep bahwa ia tidak mampu.
    Ia akan terus bersemangat mencoba melakukan segala hal baru dengan antusias dan tekun. Semua dihadapi 100 % dengan penuh semangat, tawa, dan air mata. Suatu totalitas keikhlasan yang sempurna, ia kerahkan segala yang ia punya sampai kemudian jika ia kurang beruntung berangsur-angsur mulai masuk pesan-pesan ketidakmampuan dari lingkungan yang dipenuhi oleh kata-kata “jangan”, “tidak boleh” atau “ tidak bisa “. Sang bayi ikhlas itupun mulai meragukan potensi dirinya.
    Dari cerita dan kisah diatas kita bisa menyimpulkan  bahwa penerapan pada setiap orang, baik dengan penerapan positif maupun negative, itu bisa mempengaruhi perilaku dan kehidupan manusia yang awalnya kita semua manusia dilahirkan dengan sempurna. Penerapan itu adalah sesuatu yang dapat merubah tingkah laku manusia baik buruknya. Karena pada hakikatnya manusia didunia ini tidak ada yang jelek ataupun buruk karena yang membuat orang itu jelek atau buruk adalah penerapan sifat-sifat diluar fitrah manusia.
    Taqwa/Aqidah = Pikiran + Perasaan
    Unsur lain membuat do’a adalah perasaan. Pikiran adalah hasil dari perasaan kita. Merasa tidak enak badan akan menimbulkan pikiran untuk memberi obat atau pergi ke dokter. Do’anya adalah meminta kesembuhan.
    Merasa sedih karena lama membujang menimbulkan pikiran untuk mencari pasangan hidup. Do’anya adalah meminta jodoh. Perasaan malu karena masih menumpang dirumah mertua mendorong timbulnya pikiran untuk membeli rumah sendiri. Do’anya, meminta kemampuan membeli rumah sendiri.
    Dalam bahasa inggris, pikiran dan perasaan ini disebut Consciousness (kesadaran), sementara bahasa arab menyebutnya sebagai taqwa/Aqidah. Dengan kata lain, ketaqwaan/aqidah kita adalah apa yang kita pikirkan dan kita rasakan. Dengan kata lain lagi, do’a yang kita panjatkan setiap saat itulah bentuk ketaqwaan/keakidahan kita.
    Jadi, kualitas ketaqwaan/keaqidahan kita tergantung pada apa yang kita pikir dan rasakan. Tingkat ketaqwaan/keaqidahan kita yang tinggi terjadi apabila hati kita bersih. Karena hati yang bersih menimbulkan perasaan yang baik, dan perasaan yang baik akan membuat pikiran menjadi positif. Jenis kataqwaa/keaqidahan seperti inilah yang membuat kita lebih dekat “Prekuensi” Allah SWT, sehingga untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, kita tinggal memutar sedikit saja “Tombol Tuning” kita.
    <!
    Batasan tentang pendidikan
    Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena palsafah yang melandasinya.
    <!--[if !supportLists]-->a.       <!--[endif]-->Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
    Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usahanya sendiri.

    >Pendidikan sebagai proses penyiapan warga Negara
    Pendidikan sebagai proses penyiapan warga Negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga Negara yang baik.
    >Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
    Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

    <!->Pengertian pendidikan menurut para ahli
    Pendidikan berasal dari kata pedagogia (Yunani) yang terdiri dari kata paedos (Anak) dan Agoge (Saya Membimbing) yang menunjuk kepada seorang pelayan pada zaman yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak ked an dari sekolah.
    Dalam pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan.
    Kalangan para ahli berpendapat tentang hakikat pendidikan dan batasan pengertiannya dan kesemuanya itu sejalan dengan isi hati mereka, menurut arah pandang, pemahaman terhadap hakikat kehidupan dan tujuan hidup itu.
    Pendapat para ahli itu diantaranya :
    <!--[if !supportLists]-->a.       <!--[endif]-->Plato (Filosof yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 SM) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan”.
    <!--[if !supportLists]-->b.      <!--[endif]-->Aristoteles (Filosof terbesar yunani, guru iskandar makedoni, yang dilakirkan pada tahun 384 SM – 322 SM) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran”.
    <!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa arab yang hidup tahun 106 H – 143 H, Pengarang kitab Kalilah dan damimah) mengetakan bahwa : “pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indra kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yeng merupakan satuan akal dan rohani”.

    <!--[if !supportLists]-->d.      <!--[endif]-->Ki hajar Dewantara (Bapak pendidikan nasional Indonesia, 1889 – 1959) merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut : “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (Karakter, kekuatan batin ), pikiran (Intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.

    Dewasa ini perkembangan teknologi begitu maju sangat pesat tanpa bisa kita hindari. Arus informasi begitu cepat masuk kedalam semua ruang lingkup aspek kehidupan termasuk ruang lingkup pendidikan. Semua akses informasi bisa kita dapatkan dengan mudah dan jelas baik itu yang negatif maupun yang positif  disinilah perlunya filter atau saringan bagi setiap individu.

    Perkembangan kejiwaan setiap individu harus disertai penanaman ahlak dan aqidah, karena ini sebagai dasar dalam perkembangan kejiwaan seseorang selanjutnya. Sekolah sebagai sarana pendidikan formal hanya bisa memberikan pelajaran Agama dengan waktu yang sangat terbatas, padahal pendidikan agama sangatlah penting demi keberlangsungan hidup tiap individu. Kita bisa menyaksikan langsung perkembangan teknologi yang begitu pesat merambah ke tiap-tiap pelosok seperti Hand Phone (HP), Intenet, Laptop dan sebagainya. Banyak penyalah gunaan keguaan dari alat-alat teknologi tersebut kearah yang yang bisa menjerumuskan penggunanya kearah yang negatif.

    Kita bisa melihat paradigma yang terjadi di masyarakat khususnya pada peserta didik, mereka menggunakan HP bukan hanya alat untuk komunikasi saja akan tetapi  mereka bisa mempernggunakan HP sebagai alat untuk menyaksikan film-film porno, Facebook juga sebagai aplikasi yang terdapat pada HP yang bisa menyita watu sehingga pelajar lupa akan belajar, Internet selain memiliki manfaat yang fostif juga memiliki nilai yang negatif, kita ambil contoh bila seorang pelajar masuk warnet bukan hanya mencari sumber untuk belajar atau juga melengkapi tugas-tugas dari sekolahnya, bisa-bisa pelajar malah mendonload film porno, gambar-gambar fullgar maen game dan lain sebagainya. 


    Aqidah yang diharapkan dan diprlukan bagi setiap pelajar tanpa terkecuali, adalah aqidah yang menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan, keimanan dan ketaqwaan yang dimaksud asdalah suatu norma-norma agama yang melekat di hati pelajar itu sendiri, tidak mudah menerapakan aqidah dalam hati. Ketika suatu aqidah sudah melekat dalam hati dan jiwa pelajar maka bisa disimpulkan pelajar itu tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang negatif.

                                                                   
    Kita dapat melihat dari bagan di atas, kami menyimpulkan bahwa iman itu terbagi dua karena tidak sedikit orang mengetahui hukukm-hukum agama tapi realisasinya tidak ada, hal yang seperti itu kami masukan kedalam iman yang hanya dari akal saja. Sedangkan orang yang mengetahui tentang hukum-hukum agama dan realisasinyapun ada, hal yang seperti itu kami masukan kedalam iman yang  dari hati.

    Memang tidak bisa sepenuhnya kita tumpahkan atau kita tanggungkan kepada pihak lembaga atau sekolah tentang aqidah para peserta didiknya untuk bisa merubah prilaku tiap individu, akan tetapi kami mengangkat tema penerapan aqidah dalam pendidikan tidak semata-mata pelepasan tanggung jawab dari pihak orang tua peserta didik tersebut, melainkan dengan dasar tujuan pendidikan yayasan YASRI yang dimana salah satu tujuanya adalah para pelajar memilki iman.